Foto oleh Karolina Grabowska
Laporan dari UN Women menemukan bahwa perempuan secara tidak proporsional terkena dampak dari tantangan yang masuk ke dalam Tujuan Pembangungan Berkelanjutan (SDGs).Namun, banyak kebijakan dan inisiatif yang dirancang untuk mengatasi masalah SDGs justru mengabaikan atau bahkan merugikan perempuan.
Meski perempuan sangat rentan dalam krisis ini, mereka juga diposisikan secara unik untuk bertindak sebagai agen perubahan yang kuat.Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang memiliki lebih banyak eksekutif dan anggota dewan perempuan memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal dampak lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan.
Beberapa penelitian lainnya, perempuan dalam posisi kepemimpinan telah menujukkan perbedaan dalam menanggulangi krisis. Sayangnya, saat ini perempuan masih kurang terwakili dalam proses pengambilan keputusan. Padahal perkembangan teknologi dan penanggulangan krisis juga harus memperhatikan kebutuhan, peran serta pengetahuan dan keahlian perempuan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi perubahan iklim serta berbagai tantangan keberlanjutan lainnya yang dihadapi organisasi, maka perlu mempertimbangkan faktor gender ke dalam solusinya.
Melalui penelitian ekstensif dan komprehensif Harvard Business Review tentang titik-temu dua poin keberlanjutan - Kesetaraan Gender dan Keberlanjutan Iklim, terdapat enam rekomendasi untuk para pemimpin:
30 Januari 2023 | Tiara Tri Hapsari